Rabu, 25 Juli 2012

Kegalauan Tahu dan Tempe Indonesia

Harga tahu dan tempe yang mengalami kegalauan gara-gara harga kedelai yang merangkak naik. Sebenarnya tidak tahu menahu tentang masalah ini tetapi sepertinya ramai dibicarakan di TV dan beberapa media sosial.
Bagi yang tidak terlalu menyukai makanan khas Indonesia ini, tahu dan tempe menjadi mahal bukanlah suatu hal yang menggalaukan. Namun berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya yang budaya kulinernya tidak bisa lepas dari yang namanya tahu dan tempe, harga kedelai yang melonjak naik ini kayaknya teramat sangat menggalaukan. Bahkan ada yang protes terhadap naiknya kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe ini dengan membuang tahu dan tempenya ke jalan. Waduhh apa ndak rugi tuh?
Yaa tapi begitulah yang terjadi. Masyarakat kelewat kecewa dan jadi emosional. Galau karna jualan tempe dan tahu tidak membuahkan untung. Sedangkan kalau menaikkan harga akan mengurangi pembeli. Pembeli jadinya mencoret tahu dan tempe dari daftar belanja karena memang si tahu dan si tempe itu bukanlah makanan pokok. Tahu dan tempe hanya makanan alternatif yang bergizi tinggi dan murah meria. Walau di meja makan tidak ada hasil olahan tempe atau tahu ini, orang masih bisa memilih kerupuk atau masih bisa makan nasi, lauk dan sayuran lain yang lebih terjangkau. Masalah gizi bagi yang pintar pasti maasih bisa disiasati.
Berbeda dengan si cabai yang kalau harganya naik, kebanyakan orang turut merasa galau juga. Soalnya si merah pedas ini adalah bumbu pokok yang hampir tidak bisa dipisahkan dari budaya kuliner Indonesia secara luas.
Tahu dan tempe tetaplah tahu dan tempe. Tetap kedelai pulalah bahan dasarnya. Yaaa saya juga belum tahu kemana perginya berton-ton produksi kedelai Indonesia itu. Namun ada baiknya meredam kegalauan di dalam negeri sendiri dulu sajalah baru mengejar profit ekspor.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar